Bimbingan Teknis Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan Implementasi Kurikulum Merdeka di MAN 2 Kulon Progo

Pada hari Kamis, 21 Juli 2022, pukul 12.30-16.00 WIB Dr. Muqowim, M. Ag. sebagai salah satu pakar Pendidikan yang juga founder Rumah Kearifan (House of Wisdom) Yogyakarta diminta oleh Kepala Sekolah MAN 2 Kulon Progo, Ibu Hartiningsih, M. Pd. untuk menjadi narasumber dalam kegiatan “Bimbingan Teknis Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan Implementasi Kurikulum Merdeka” di Aula MAN 2 Kulon Progo. Acara ini diselenggarakan karena sebagian besar dari guru di MAN 2 Kulon Progo belum terlalu memahami tentang hakikat dan praktik tentang Kurikulum Merdeka yang dibuat oleh Kemdendikbud dan Kemenag. Dengan mendatangkan Bapak Dr. Muqowim, M. Ag, diharapkan sivitas akademika madrasah dapat memahami sekaligus termotivasi untuk mengimplementasikan kurikulum baru tersebut sebab MANDAKU, singkatan dari MAN 2 Kulonprogo, dipilih sebagai salah satu percontohan penerapan kebijakan tersebut.


Pada kesempatan ini Bapak Muqowim menegaskan bahwa Allah memberikan kemampuan yang sama kepada setiap hamba-Nya. Optimalisasi kemampuan tersebut tergantung pada masing-masing orang apakah mau menggunakannya atau tidak. Perlu diingat, bahwa setiap orang itu unik dan istimewa di bidangnya masing-masing. Secara filosofis, sebenarnya Kurikulum Merdeka sama saja dengan kurikulum sebelumnya, yang membedakan hanya nama dan penekanan beberapa hal. Menurut trainer terakreditasi LVE tersebut, ruh pendidikan adalah memanusiakan manusia. Apabila kita belum mengerti maksud dari ruh Pendidikan ini, maka kita akan terjebak pada hal-hal yang bersifat teknis dan merasa terbebani. Dalam pendidikan karakter, dikenal sebuah istilah “knowing the good, feeling the good, and doing the good”. Maknanya kita harus mengetahui, merasakan, dan melakukan setiap nilai positif yang ditawarkan. Menurut riset bahwa softskill (nilai) menunjang keberhasilan setiap orang sebesar 80%, sedangkan hardskill hanya 20%. Dengan demikian, “program kurikulum merdeka seharusnya tidak hanya berhenti sebagai wacana saja melainkan harus dipraktekkan, salah satunya dengan membuat proyek yang menyenangkan setiap peserta didik agar mereka tidak merasa terbebani”, kata Dr. Muqowim. Terkait dengan nilai dan karakter di madrasah, sebenarnya tampak dari berbagai program yang telah ada seperti Madarasah Ramah Anak, Madrasah Ramah HAM, Moderasi Beragama, Madrasah Adiwiyata, dan Kesetaraan Gender. Hanya saja, kita sering melihat pada jenis programnya, bukan spirit dan nilai dari program yang sebenarnya mengandung nilai yang sama.


Dalam konteks Madrasah Ramah HAM, ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu Respecting (menghargai potensi setiap anak), Protecting (melindungi anak dari hal-hal yang negatif), dan Fullfillng (memenuhi apa yang dibutuhkan setiap anak). Selain itu, menurut standar yang ditentukan oleh Komite Hak Ekonomi Sosial, dan Budaya (CAESCR) ada empath al yang perlu dipenuhi dalam konteks Pendidikan berbasis HAM yaitu Availability (ketersediaan fasilitas), Accessability (dapat diakses), Acceptability (dapat diterima), Adaptability (dapat disesuaikan). Pada kesempatan ini Dr. Muqowim menekankan tentang pentingnya membiasakan anak untuk menjadi problem solver agar kelak ketika lulusa dan hidup di tengah masyarakat mampu menawarkan alternative pemecahan terhadap setiap persoalan yang ada. Selain itu, pendiri RK ini juga menekankan pentingnya penyampaian materi secara holistic dan kontekstual serta berorientasi pada peserta didik.


Untuk melakukan perubahan, termasuk kurikulum baru, ada lima hal yang harus diperhatikan yaitu mengubah paradigma, membuat kebijakan berbasis paradigma, membuat program yang mampu menjabarkan kebijakan, menyiapkan SDM yang kompeten, dan mempraktikkan program tersebut sesuai dengan konteks masing-masing. Dalam penerapan kurikulum, yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru sebab sebaik apa pun sebuah konsep dan pendekatan yang dotawarkan, jika tidak dapat dipahami oleh guru secara tepat maka tidak akan dapat diimplementasikan dengan baik. Hal ini sebagaimana ungkapan di pesantren Ath-thariqatu ahammu minal maddah (pendekatan lebih penting daripada materi) dan Al mudarrisu ahammu minath-thariqah (guru lebih penting daripada pendekatan). Karena itu, untuk dapat mengimplementasikan sebuah program baru, kita perlu melakukan time to pause (berhenti sejenak), time to reflect (waktu untuk melakukan refleksi), dan time to engage (waktu untuk membuat perubahan agar melangkah lebih baik).


Akhirnya, Dr. Muqowim mengingatkan tentang lima kebutuhan universal yang perlu diperhatikan guru ketika akan melaksanakan kurikulum merdeka, yaitu Loved (setiap orang ingin dicintai), Understood (kebutuhan untuk dipahami), Valued (setiap orang bernilai), Respected (kebutuhan dihargai), dan safe (kebutuhan akan rasa aman). Jika kelima kebutuhan ini dapat dipenuhi, maka setiap program akan berdampak positif bagi setiap peserta didik dan meningkatkan kualitas Pendidikan di madrasah.

Learn to be Wise
Salam Kearifan🌾

About Rohmatul Asna

Administrasi dan Keuangan Rumah Kearifan (House of Wisdom). Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Rohmatul Asna →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *