Selasa, 3 Agustus 2021-8:15.00 WIB
Pada sesi kedua, kegiatan program SC Moderasi Beragama Lintas Iman dilanjutkan dengan pembekalan nilai dengan pendekatan LVE (Living values Education) dan DFC (Design for Change (DfC). Pembekalan nilai ini disampaiakan oleh Dr. Muqowim, M.Ag. yang merupakan seorang trainer LVE yang sudah berkaliber internasional.
LVE merupakan pendekatan berbasis pendidikan yang di-launching oleh PBB tahun 1996 dalam rangka memperingati ulang tahun badan dunia tersebut ke-50. Pendekatan ini lebih menekankan pada proses menghidupkan nilai, bukan mengajarkan nilai. Menurut beliau, jika hal ini diadopsi, kita bisa menggunakan istilah ”Living Moderasi Beragama Values Education”. Pendakatan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat harmoni dalam keberagamaan di Indonesia.

Dalam kesempatan ini bapak Muqowim juga menyampaikan mengenai pendekatan DFC (Design for Change) untuk membangun nilai atau sikap moderasi beragama. Metode pendekatan DFC ini diperkenalkan oleh Kiran Bir Sethi dari Riverside School, India. Melalui DfC ada empat tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah perubahan, yaitu Feel, Imagine, Do, dan Share.
Tahapan ”FEEL” menekankan pada kegelisahan atau masalah yang dihadapi baik secara personal maupun institusional.. Setelah mengidentifikasi masalah dan menentukan akar masalah (Feel), langkah kedua adalah Imagine. Fokus dari langkah ini adalah membayangkan apa yang seharusnya terjadi dan berorientasi pada masa depan. Jika tahap ini sudah jelas, maka tahapan selanjutnya adalah “Do”.
Tahap ”DO” mencakup rencana (planning) dan implementasi (implement) dari harapan atau solusi yang sudah kita pilih. Setelah tahap ketiga dilaksanakan, maka tahap terakhir dari DFC adalah “SHARE”. Pada tahapan ini kita berbagi pengalaman dan inspirasi dari semua yang telah kita lakukan dalam mengatasi masalah sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan, bisa berupa tulisan ataupun lisan.
Menurut trainer internasional tersebut, dengan pendekatan DFC kita akan mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengatasi persoalan dan dapat meningkatkan kualitas diri dengan menghidupkan nilai-nilai positif, terutama nilai moderasi beragama. Dengan menghidupkan nilai moderat dalam beragama atau tidak ekstrem akan menjadikan kita pribadi yang arif (bijak) dalam kehidupan ditengah kemajemukan masyarakat Indonesia.