Dr. Muqowim, M.Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
TIK itu Netral, Tergantung Man Behind the Gun
Pisau di tangan Chef berguna untuk membahagiakan banyak orang karena digunakan untuk menghasilkan beragam masakan lezat dan bergizi. Alat tersebut bermanfaat untuk alat kesehatan baik secara jasmani, rohani, bahkan sosial. Sebaliknya, pisau di tangan pencuri digunakan untuk mengambil barang milik orang, bahkan tidak jarang melukai dan bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Alat tersebut di tangan orang yang tidak tepat dapat menyebabkan kerugian dan menimbulkan kerusakan lingkungan dan pertumpahan darah. Dari kedua kasus tersebut, apa yang membedakan dari penggunaan pisau? Yang membedakan adalah penggunanya! Di tangan pengguna yang berpikir positif dan berjiwa bersih, alat tersebut akan bermanfaat. Sebaliknya, di tangan orang yang berpikir negatif dan berjiwa kotor, alat tersebut dapat menimbulkan mafsadat dan madlarat. Pisau hanyalah alat buatan manusia yang ketika diciptakan untuk membantu mengatasi persoalan hidup. Hal yang sama juga berlaku untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin lama semakin canggih.
TIK diciptakan untuk mempermudah hidup manusia meraih apa yang diinginkan, bukan untuk mempersulit diri dan kehidupan. Sebagai ilustrasi sederhana, dulu mesin ketik manual, seperti merek Brother [bukan untuk promosi], diciptakan untuk memudahkan komunikasi manusia melalui tulisan, tidak hanya tulis tangan. Seiring berjalannya waktu ditemukan komputer sebagai alternatif untuk alat tulis. Pada awalnya komputer bentuknya cukup besar bahkan agak mikir jika sering dipindah karena beratnya dan memakan ruang yang cukup. Selain itu, untuk bisa mengetik pun harus menguasai rumus-rumus tertentu. Teknologi komputer mengalami perkembangan pesat sampai saat ini tidak hanya terkait hardware-nya namun juga software. Bahkan, sekarang sudah muncul beragam jenis laptop, notebook, bahkan smartphone yang telah menggantikan fungsi laptop. Dari aspek kecanggihan, jangan tanya lagi! Ibaratnya, dengan gadget pintar ini, dunia seakan berada dalam genggaman kita! Semua alat tulis yang semakin canggih tersebut diciptakan untuk mempermudah hidup. Beda alat tulis beda pula dengan alat komunikasi dan informasi.
Untuk bisa berkomunikasi, di jaman old kita menggunakan surat atau teknologi “burung merpati”. Sekarang, di jaman now, kita sudah tersedia beragam pilihan alat canggih melalui internet atau smartphone. Untuk mengetahui kejadian tertentu atau kabar tentang kerabat, di jaman old memerlukan waktu cukup lama dan mahal. Di jaman now, itu semua telah berubah. Kita bisa menyaksikan peristiwa akbar dunia semacam Piala Dunia secara langsung. Perkembangan peralatan TIK yang semakin canggih dan revolusioner itu dibuat untuk memudahkan hidup dan membangun harmoni. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita dan lingkungan sekitar kita semakin menjadi semakin mudah dan positif dalam menghadapi kehidupan atau malah semakin negatif? Ini hanyalah pertanyaan reflektif, jawaban paling tepat adalah tergantung cara kita melihat. Jika kita berpikir positif, maka hidup semakin mudah. Sebaliknya, jika kita berpikir negatif, maka hidup semakin sulit. Hanya saja, faktanya, semakin canggih TIK, semakin canggih pula tantangannya seperti seringnya muncul fake news atau hoax. Selain itu, TIK juga sering digunakan untuk hal-hal negatif seperti mem-bully, memprovokasi, memanas-manasi suasana, dan meneror orang lain. Menghadapi hal-hal seperti ini, bagaimana seharusnya kita dalam bersikap? Dengan menggunakan paradigma integratif, TIK yang semakin berkembang secara revolusioner berguna untuk menciptakan suasana yang positif, menjaga dan melestarikan lingkungan dan membangun harmoni dengan sesama. Penggunaan TIK berbasis paradigma integratif dapat menciptakan dunia lebih damai dan nyaman. Namun, hal ini tergantung mindset penggunanya. Paradigma ini untuk mengembalikan ruh dari TIK itu sendiri, yaitu dengan TIK, komunikasi lebih efektif dan mudah. Dengan TIK, informasi menjadi lancar, mudah, dan positif. Untuk mengembalikan spirit tersebut, praktik pendidikan perlu menggunakan paradigma ini dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak akan terwujud tanpa dukungan pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai dan mempraktikkan persepktif tersebut.
“Perkembangan peralatan TIK yang semakin canggih dan revolusioner itu dibuat untuk memudahkan hidup dan membangun harmoni. “
Dr. Muqowim, M. Ag.
Melanjutkan membaca “Dengan Seni Hidup Jadi Indah“