Mimpi Pendidikan OECD 2030 dan Membumikan Nilai Rahmatan Lil-‘Alamin dalam Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) [8]

Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)

Scientific Literacy dan Paradigma Integratif
Buku ini sebenarnya juga mengingatkan kita tentang pentingnya literasi saintifik (scientific literacy). Terlebih saat ini pemerintah sedang memberlakukan Kurikulum 2013 atau yang lebih sering disebut sebagai K-13, di mana salah satu poin penting dari K-13 adalah pendekatan saintifik. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan melek saintifik tersebut? Melek saintifik hakikatnya merupakan “the capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity.” Berdasarkan pengertian ini, disebut orang yang melek saintifik jika dia mampu menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi berbagai persoalan dan mengambil kesimpulan berbasis bukti empirik untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang fenomena alam dan berbagai perubahan yang dilakukan manusia melalui kegiatan.

“Orang yang melek saintifik jika dia mampu menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi berbagai persoalan dan mengambil kesimpulan berbasis bukti empirik untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang fenomena alam dan berbagai perubahan yang dilakukan manusia melalui kegiatan.”

Dr. Muqowim, M. Ag.

Menurut pengertian di atas, ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil terkait dengan melek literasi. Pertama, kita didorong tidak hanya mempunyai kumpulan pengetahuan dan pengalaman saja, namun kita juga harus menggunakan berbagai pengetahuan dan pengalaman tersebut dalam konteks keseharian terutama mengatasi problem yang kita hadapi. Untuk menjadi pelajaran penting, pengetahuan dan pengalaman tersebut perlu kita refleksikan dan dialogkan nilainya untuk mengatasi problem saat ini dan merencanakan masa depan. Kedua,  cara kita mengatasi masalah seharusnya didasarkan pada bukti-bukti empirik sehingga jelas prioritas masalah dan solusinya sekaligus. Ketiga, kita perlu membaca realitas alam secara terus-menerus sekaligus aktif memberikan solusi yang diperlukan. Dengan demikian, kita tidak boleh anti realitas, namun harus menempatkan diri sebagai problem solver, bukan part of the problem apalagi trouble maker. Keempat, kita merupakan agen perubahan secara positif, sebab tuga kita sebagai khalifah Allah di muka bumi memanfaatkan, menjaga dan melestarikan alam. Karena itu, ketika muncul persoalan di dunia termasuk kerusakan alam kita harus proaktif mengambil inisiatif dan prakarsa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dikaitkan dengan paradigma integratif, melek saintifik menjadi semacam operasionalisasi paradigma integratif tersebut. Melek saintifik menuntut kita untuk aktif menuntut ilmu dengan cara mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin, kemudian pengetahuan dan pengalaman tersebut kita refleksikan nilainya untuk menjadi bahan dalam melangkah ke depan. Dalam konteks ini, melek saintifik sebenarnya bukan hanya menjadi “hak milik” para saintis semata namun milik semua orang, sebab pentingnya memiliki pengetahuan dan pengalaman, merefleksikan dan merekonstruksi masa depan tidak hanya penting bagi saintis namun juga penting bagi siapa pun, apa pun profesi yang kita geluti. Penekanan melek saintifik tentu saja lebih banyak diharapkan ada pada para saintis. Hal ini mengingatkan kita juga pada praktik pembelajaran sains yang sebenarnya belum sepenuhnya menggunakan pendekatan saintifik, meskipun yang dipejarai tentang sains. Sebab, masih banyak kita jumpai proses pembelajaran sains yang lebih menekankan aspek hafalan, berbasis teks (bookish), literer, dan anti realitas. Pembelajaran sains seharusnya mendorong setiap peserta didik terlibat aktif mengalami, bertanya, mengamati, melakukan refleksi dan mengkomunikasikan yang diperoleh kepada orang lain baik melalui bahasa lisan maupun tertulis.

Melanjutkan membaca “Membiasakan Hidup Harmonis dengan Pengetahuan Sosial

About Muqowim

Pembina Rumah Kearifan (House of Wisdom). Accredited Trainer LVE. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Muqowim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *