Pada hari Minggu, 29 Januari 2023 Dr. Muqowim, M.Ag. selaku Founder Rumah Kearifan (House of Wisdom) Yogyakarta diminta sebagai narasumber dalam sebuah workshop yang dihadiri oleh 44 peserta dari 11 MTsN se-Kabupaten Blitar yang terdiri dari Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, KTU, dan Bendahara. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Drs. Baharuddin, M.Pd. sebagai Kasi Pendidikan Madrasah Kabupaten Blitar. Workshop ini bertempat di Kangen Boutique Hotel Jl. Magelang 5,8 Yogyakarta. Pada kesempatan ini founder rumah kearifan yang biasa dipanggil “Pak Muqowim” menyampaikan materi karakter melalui “Team Transforming”.
Tema ini sangat relevan dengan karya beliau tentang Team Transforming terkait dengan pentingnya mengubah relasi antar orang dalam konteks tim mulai dari lingkup paling kecil sampai besar. Hal ini relevan dengan salah satu pilar Pendidikan UNESCO yaitu learning to transform oneself and society. Pada hakikatnya sangat compatible dengan paradigma pendidikan abad ke-21 yaitu collaborative dan communication. Menurut paradigma ini, pembelajaran millennium kedua ini seharusnya lebih menekankan dimensi positive relationship, menang bersama dan saling mendukung (support) satu sama lain, bukan berkompetisi dan berkontestasi yang saling menjatuhkan dan meniadakan. Siapa pun yang menguasai softskill ini akan menjadi pemenang dan positive trendsetter.
Pak Muqowim juga menyampaikan dalam sebuah tim (Team) antara lain dapat dimaknai
dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu, bukan
meraih keberhasilan secara personal atau pribadi. Seringkali ego yang kita miliki dijadikan
sebagai tolok ukur dalam memahami orang lain. Dalam hal ini kita lebih menekankan pada
“judging, evaluating dan analyzing”, yaitu melihat orang lain dengan sudut pandang atau kaca
mata yang kita miliki. Seharusnya, ketika berhadapan dengan entitas lain yang berbeda kita lebih menekankan pada understanding dan describing menurut subyek yang dinarasikan, bukan
menilai dengan ukuran pengetahuan dan pengalaman kita yang cenderung sepihak.
Dengan demikian sikap empati menjadi fondasi kita untuk mengadakan social skill, yaitu keterampilan membangun relasi dan interaksi yang positif dengan orang lain di mana pun kita berada. Untuk mewujudkan keterampilan sosial tersebut kita harus mampu memahami diri secara utuh sebagai makhluk ciptaan Allah yang multidimensional. Pada dasarnya apa yang kita alami dan miliki juga dialami dan dimiliki oleh orang lain. Misalnya Jika kita ingin dicintai dan dipahami, maka orang lain pun menginginkan hal yang sama yaitu disayangi dan dipahami. Istilah transforming (mengubah) dalam konteks team (tim) diperlukan sebab dalam realitas banyak kita jumpai tim yang hanya berisi kumpulan lebih dari satu orang, mereka cenderung bersatu hanya secara fisik, formal dan administratif tetapi belum menyatu dari aspek pikiran dan hati, belum ada chemistry. Idealnya setiap orang yang berada dalam tim bekerja secara sinergis secara lahir dan batin sehingga lebih cepat meraih tujuan yang dicita-citakan bersama.
Setelah kegiatan selesai, Pak Boimin, selaku Koordinator Kepala Madrasah tingkat MTsN
se-Kabupaten Blitar sangat terkesan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Muqowim. Dia
mengatakan, “Hari ini kita mendapatkan materi yang luar biasa, tidak terduga dan sangat memotivasi untuk mengembangkan madrasah di Kabupaten Blitar. Saya dan teman-teman berharap Pak Dr. Muqowim berkenan jika kami undang di Blitar untuk meningkatkan kapasitas lembaga agar menjadi Madrasah Hebat dan Bermartabat, Madrasah Mandiri Berprestasi.” Pada kesempatan ini Bapak Muqowim juga menyerahkan buku Kita Semua Istimewa kepada seluruh perwakilan madrasah yang hadir sebagai salah satu program RK yaitu Program Peduli Literasi untuk Negeri.