Sawyer Martin French Bicara Cross-Cultural Understanding

Di era Revolusi Industri yang serba Internet of Things (IoT) dan Internet of People (IoP) ini pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding) sangat diperlukan. Setiap orang saat ini menjadi netizen di desa global (global village) yang terhubung dengan orang dari seluruh dunia tanpa sekat dan batas hanya dengan bekal magic tool berupa smartphone di tangan. Konsekuensi dari kondisi seperti ini antara lain setiap orang harus siap berhadapan, berkomunikasi dan berjejaring secara global dengan semua orang yang mempunyai kebiasaan, identitas, norma, perspektif dan nilai berbeda. Bagi yang tidak siap dengan hal tersebut dapat berdampak negatif seperti munculnya prasangka, stereotyping, ketegangan, bullying, dan, bahkan, konflik. Namun bagi yang siap dengan situasi tersebut akan menjadi peluang dan kesempatan mengembangkan diri, kapasitas dan kompetensi dengan berbagai pihak.

Berdasarkan pemikiran di atas, Rumah Kearifan dalam program DIKSI KITA edisi khusus menghadirkan salah seorang peneliti dan mahasiswa Program Ph.D asal Chicago University, Amerika Serikat, bernama Sawyer Martin French, yang sedang mengadakan penelitian di Indonesia. Kegiatan ini berlangsung di Multipurpose Room Rumah Kearifan lantai 1 dengan moderator Didik Zakaria. Acara ini dikemas secara sederhana, rileks dan santai. Martin, panggilan pria asal Pennsylvania ini, diundang karena dianggap mempunyai pengalaman di berbagai negara sehingga diharapkan dapat berbagi perspektif dan pengalaman bagaimana menghadapi dan mengatasi tantangan dan persoalan hidup dalam masyarakat yang majemuk (multicultural). Selain itu, Martin juga pernah mengadakan penelitian di Yogyakarta terkait model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di beberapa sekolah.

Berdasarkan diskusi tersebut ada beberapa hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan dalam mensikapi keragaman dalam masyarakat dunia yang beragam budaya. Pertama, keragaman budaya harus dipahami sebagai suatu hal yang alamiah sebab budaya pada dasarnya lahir dari daya cipta, rasa dan karsa tiap orang. Setiap orang mempunyai keunikan dalam menghadapi situasi ruang dan waktu yang selalu berubah. Ibaratnya, ketika dalam sebuah komunitas ada sepuluh orang maka aka nada sepuluh keunikan. Keunikan antar orang dalam sebuah komunitas pada akhirnya membentuk semacam kesepakatan yang menjadi penciri masyarakat tersebut. Dengan kata lain, dalam masyarakat tersebut muncul sebuah batasan yang dibuat bersama untuk dijadikan aturan main (rule of the game). Dalam konteks antropologi hal ini disebuat cultural enclave (kantong budaya). Bahkan, dalam pengertian lebih luas, antar komunitas yang sudah mempunyai kantong budaya tersebut saling berinteraksi dan berdialog yang dapat menghasilkan sebuah kesepakatan baru. Namun, yang perlu dipahami, meskipun sudah ada kesepakatan dalam komunitas tersebut tidak menghilangkan keunikan masing-masing orang.

Poin berikutnya terkait dengan pentingnya saling memahami masyarakat lain yang beraneka budaya terutama dari bangsa lain. Dalam hal ini literasi budaya sangat diperlukan agar kita dapat hidup secara harmonis dan sinergis dengan orang lain yang berlatar belakang budaya berbeda. Sikap lebih mengedepankan “memahami” ketimbang “dipahami” lebih diprioritaskan. Kita perlu lebih mendahulukan menghargai orang lain daripada minta dihargai. Ketika dihadapkan pada orang dengan tradisi yang berbeda, kita perlu lebih banyak membiasakan pengendalian diri, bukan memaksakan diri kepada pihak lain. Kita perlu lebih banyak mengenal pihak lain yang mempunyai berbagai lapisan berbeda dibandingkan kita. Untuk itu, saling belajar, menerima, memahami, menghargai, berinteraksi dan berkomunikasi efektif menjadi kunci kita dapat terhubung dengan pihak yang yang mempunyai tradisi atau budaya berbeda. Pada akhirnya, keragaman budaya dapat dijadikan sebagai kesempatan dan peluang untuk lebih mendewasakan kita. Dengan kata lain, keragaman menjadi sebuah berkah, bukan musibah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *