Dr. Muqowim, M.Ag.
Dosen UIN Sunan Kalijaga
Berbicara tentang Islam sebagai sumber nilai kemajuan, maka teringat akan oleh dua orang ilmuwan Barat yang cukup obyektif dan jujur dalam melihat kemajuan peradaban Islam. Mereka adalah George Sarton dan Ernest Renan. George Sarton adalah ilmuwan sejarah asal Harvard yang menggeluti sejarah sains, sedangkan Renan adalah ilmuwan-filosof asal Perancis. Pandangan Sarton tentang peradaban Islam antara lain tertuang dalam salah satu buku terbaiknya berjudul Introduction to the History of Science, yang berjumlah empat jilid. Di jilid I dia memberikan pandangan yang cukup “aneh” terkait dengan penyebab kemajuan peradaban Islam yang mencapai era keemasan selama lima abad, abad VIII-XIII. Menurut Sarton, di antara faktor utama yang menjadikan peradaban Islam jaya dalam bidang sains dan teknologi adalah karena adanya gravitasi al-Qur’an. Kitab al-Qur’an-lah yang memberikan inspirasi utama para saintis muslim membangun peradaban unggul yang menjadi kiblat peradaban lain.
Sementara itu, pandangan Renan tentang sains dan Islam disampaikan ketika memberikan ceramah di Albert Hall Calcutta pada tanggal 8 November 1882 yang berkaitan dengan pendidikan. Kuliah ini diberikan di hadapan para tokoh muslim India. Dia memberikan penekanan tentang urgensi sains dalam berbagai aspek kehidupan. Menurutnya, kehebatan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan sains dan teknologi yang dikembangkan. Katanya, ”… all wealth and riches are the result of science. There are no riches in the world without science, and there is no wealth in the world other than science. In sum, the whole world of humanity is an industrial world, meaning that the world is a world of science. If science were removed from the human sphere, no man would continue to remain in the world.”
”… all wealth and riches are the result of science. There are no riches in the world without science, and there is no wealth in the world other than science. In sum, the whole world of humanity is an industrial world, meaning that the world is a world of science. If science were removed from the human sphere, no man would continue to remain in the world.”
Ernest Renan
Yang lebih menarik adalah bahwa kuliah Renan ini dimaksudkan untuk menggugah semangat umat Islam terutama di India untuk bangkit, sebab menurutnya agama Islam sangat menghargai sains, bahkan pernah mengalami kejayaan. Dia secara tegas mengatakan bahwa ”The Islamic religion is the closest of religions to science and knowledge, and there is no incompatibility between science and knowledge and the foundation of the Islamic faith”.
Dua pandangan ilmuan di atas seharusnya dapat kita dijadikan sebagai bahan refleksi tentang kemajuan peradaban Islam pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Kita bisa mulai secara sederhana dengan merenungkan apa yang ada dalam al-Qur’an, misalnya wahyu pertama, yakni Surat al-‘Alaq ayat 1. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”, demikian kurang lebih arti dari ayat pertama. Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan umat Islam untuk membaca ayat-ayat Allah [ayat qawliyah dan kawniyah] dengan kesadaran Tuhan (God consciousness) yang mempunyai sifat Maha Pencipta. Dari satu ayat ini saja seharusnya sudah mendorong setiap individu Muslim untuk berkarya. Mengapa demikian?
… dua pandangan ilmuan di atas seharusnya dapat kita dijadikan sebagai bahan refleksi tentang kemajuan peradaban Islam pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Dr. Muqowim, M. Ag.
Ada sebuah hadis yang dikutip Muhammad Iqbal, penyair dan filosof Muslim asal India-Pakistan, “Berakhlaklah kamu sekalian dengan akhlak Tuhan”. Oleh Iqbal, hadis ini dijadikan sebagai tujuan utama dalam proses pendidikan, yaitu menjadikan setiap individu Muslim berakhlak dengan akhlak Tuhan. Sebagai ilustrasi, dalam ayat 1 Surat al-‘Alaq tersebut, Allah mempunyai sifat al-khaliq. Kalau Allah menciptakan, maka manusia [umat Islam] juga harus menciptakan. Dengan demikian, karakter pertama yang harus dimiliki setiap Muslim adalah kreatif, sifat menciptakan. Kalau Allah menciptakan pohon, maka harus mampu membuat kreasi dari bahan pohon. Allah menciptakan tanah, kita harus bekreasi dengan tanah. Inilah makna sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebagai wakil Allah untuk menjaga, melestarikan dan memanfaatkan ciptaan Allah untuk kesejahteraan manusia. Dengan kreatifitas inilah sains dan teknologi akan berkembang. Yang menjadi pertanyaan, mengapa kita belum kreatif? Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena proses pendidikan yang diterapkan belum sepenuhnya mendorong dan memungkinkan peserta didik untuk kreatif.
… karakter pertama yang harus dimiliki setiap Muslim adalah kreatif, …
Dr. Muqowim, M. Ag.
Dengan demikian, ada beberapa catatan yang menjadi kunci menuju kemajuan. Pertama, menjadikan al-Qur’an sebagai inspirasi utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an tidak hanya dibaca tapi digali kandungannya dan diterapkan untuk kemajuan peradaban. Kedua, pendidikan harus mendorong terbentuknya individu yang mampu meniru sifat-sifat Allah sehingga mampu menjadi wakil-Nya di muka bumi yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh alam. Ketiga, garda terdepan dalam dunia pendidikan adalah guru. Karena itu, guru harus memberikan model terbaik (uswah hasanah) dalam menghidupkan nilai-nilai ketuhanan seperti kreatifitas, berpengetahuan, produktif, dan inovatif dalam kerangka membumikan Islam rahmatan lil-‘alamin. Inilah tantangan utama membuktikan bahwa Islam merupakan sumber nilai kemajuan. Yang salah bukan ajaran Islamnya, namun pengetahuan kita tentang ajaran Islam yang belum maksimal. Wallahu a’lam bish-shawab.