Belajar Sejarah itu Penting dan Menyenangkan! [2]

Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)

Memaknai Sejarah
Ketika mendengar kata sejarah, apa yang ada dalam benak kita? Masa lalu? Manusia purba? Benda-benda purbakala di museum? Buku harian? Prasasti? Fosil? Memang segala sesuatu mempunyai sejarah. Rumah yang kita tempati mempunyai sejarah. Kendaraan yang kita gunakan mempunyai sejarah. Buku yang kita gunakan untuk belajar juga mempunyai sejarah. Bahkan diri kita sendiri juga mempunyai sejarah. Sejarah kita adalah cerita hidup kita. Memang dalam arti luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Menurut pengertian ini, studi tentang sejarah menyangkut alam atau sejarah bumi. Dalam arti sempit, sejarah harus dibedakan dari setiap peristiwa alam yang dapat dijelaskan berdasarkan sebab-sebab efisiennya dan dengan demikian hanya merupakan salah satu contoh dari suatu hukum. Dalam arti sempit ini, sejarah merupakan suatu peristiwa manusiawi yang mempunyai akarnya dalam realisasi diri dengan kebebasan dan keputusan daya rohani.

Tentang makna sejarah sebagai cerita tentang masa lampau juga ada benarnya. Sebab, sejarah biasanya didefinisikan sebagai suatu studi tentang masa lampau. Di sini, yang penting bagi sejarawan adalah meyakinkan apa yang ditulisnya benar dan mereka tidak memberikan opininya. Ada juga yang mengatakan bahwa sejarah merupakan studi tentang sebab dan akibat. Bagi mereka, suatu peristiwa menjadi bermakna jika mereka mengetahui mengapa hal itu terjadi. Kebanyakan orang berpikir bahwa kita akan mencari makna dalam sejarah. Jika tidak, mempelajari sejarah berarti hanya mengingat fakta dan data.

Mari kita bahas pengertian sejarah menurut arti asal-usul katanya. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun. Kata syajaratun mengandung arti pohon. Makna kata pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu. Apabila kita melihat gambaran silsilah raja-raja atau dinasti, gambaran itu akan terlihat seperti pohon yang terbalik. Cerita tentang silsilah raja-raja dan dinasti ini merupakan elemen yang utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Seiring dengan perkembangan jaman dan cerita yang disajikan sebagai sejarah bukan hanya kisah kehidupan istana saja tetapi juga kisah di luar istana, tetapi sitilah yang digunakan tetap sejarah.

Dalam khasanah bahasa Indonesia, sejarah paling tidak mengandung tiga pengertian. Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal-usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Sementara itu, menurut Kamus Indonesia-Inggris, kata “sejarah” diterjemahkan sebagai history. Kata history mengandung beberapa arti. Pertama, history merupakan kumpulan peristiwa masa lalu. Kedua, history merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari masa lalu sampai masa sekarang dan bahkan sampai masa depan. Ketiga, history merupakan suatu catatan atau deskripsi naratif dari peristiwa-peristiwa masa lalu. Keempat, history merupakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang mencakup manusia. Kelima, history merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam bentuk tulisan.

Dalam bahasa Yunani historis berasal dari kata historia yang berarti informasi atau pencarian. Perkataan historia menunjukkan bahwa pengkajian sejarah bergantung sepenuhnya kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Aristoteles menggunakan kata historia untuk menjelaskan suatu penelaahan sistematis mengenai seperangkat gejala alam baik itu menyangkut susunan kronologis maupun tidak. Dalam perkembangan berikutnya makna istilah ini mengalami penyempitan. Istilah ini diperuntukkan untuk menyebutkan penelaahan mengenai gejala-gejala (terutama hal-ikhwal manusia) dalam urutan kronologis. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah bergantung sepenuhnya kepada penyelidikan terhadap hal-hal yang benar-benar pernah terjadi.

Sesudah kita bahas makna sejarah menurut asal kata, kita lihat makna sejarah menurut para ahli. Agaknya antar pakar sejarah mempunyai definisi yang beragam tentang sejarah. Misalnya Aristoteles, dia berpendapat bahwa sejarah berbeda dengan puisi dan filsafat. Baginya, sejarah bergelut dengan yang partikular dan dengan apa yang aktual sudah terjadi. Sementara puisi dan filsafat bergelut dengan yang universal dan dengan apa yang ada dan mungkin ada. Sementara itu, bagi Francis Bacon, sejarah berbeda dengan disiplin ilmu yang lain berdasarkan materi pokoknya. Sejarah mempelajari apa yang berkisar dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen esensialnya. Sementara itu, menurut Vico, sejarah adalah disiplin ilmu pertama manusia. Menurutnya, manusia hanya dapat mengerti apa yang sudah dibuatnya sendiri. Sejarah menjadi pusat pengertian manusia, karena manusia menciptakan sejarah.

Bagaimana sejarah menurut sejarawan muslim? Ibn Khaldun dalam karyanya al-Muqaddimah yang menjadi pengantar dari Kitab al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar memberikan definisi sejarah dari dua sisi. Menurutnya, pada sisi eksternalnya, sejarah tidak lebih dari penginformasian mengenai peperangan, negara-negara dan masyarakat pada masa silam. Tetapi pada sisi internalnya (batin) sejarah merupakan observasi, analisis, dan kajian secara cermat terhadap prinsip-prinsip semesta dan sebab-sebab yang mendasarinya. Sejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam. Seiring dengan itu, dia menegaskan bahwa seorang sejarawan yang baik niscaya memerlukan berbagai sumber data, aneka disiplin pengetahuan, perspektif yang baik, dan konsistensi yang akan menghantarkannya kepada kebenaran dan meminimalkan kekeliruan, sebab kutipan berbagai informasi sejarah yang tidak disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap prinsip-prinsip adat-istiadat, politik, bentuk-bentuk peradaban dan kondisi-kondisi dalam kehidupan masyarakat, tidak akan terjamin bebas dari kekeliruan, penipuan, atau penyimpangan dari kebenaran. Dengan pengertian ini, sejarah mampu mengantarkan kita pada kearifan dalam menyelesaikan persoalan.

“Sejarah mampu mengantarkan kita pada kearifan dalam menyelesaikan persoalan.”

Dr. Muqowim, M. Ag.

Sejarawan lain yang perlu kita bahas adalah Collingwood, Kuntowijoyo, dan Carr. Menurut Collingwood, seorang sejarawan berpikir bahwa sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti-bukti sejarah dan demi self-knowledge manusia. Dengan pengertian ini, manusia berkepentingan melihat masa lalunya sendiri dengan kaca mata sekarang. Mengapa ini ilakukan? Sebab, ada persoalan yang dapat dijawab melalui peristiwa masa lalu.

Sementara itu, dalam pandangan Kuntowijoyo, sejarah berarti sebuah rekonstruksi masa lalu. Menurutnya, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis dan unik. Sejarah itu diakronis karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah akan melihat segala sesuatu berdasarkan rentang waktu. Ibarat meneliti sebuah pohon, sejarah tertarik membicarakan asal bibit, kapan pohon tumbuh, kapan pohon bercabang dan beranting, dan kapan pohon berbuah. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu. Berbeda dengan ilmu sosial yang lain, sejarah berusaha melukiskan sesuatu sedetail mungkin. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu, di situ dan waktu itu. Hal ini terlihat dalam topik-topik sejarah yang bersifat tunggal dan sekali terjadi. Misalnya, Revolusi Perancis, Revolusi Indonesia, Perjuangan Sisingamangaradja. Selain itu, sejarah juga bersifat empiris. Artinya, sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh. Tanpa pengalaman empiris, sejarawan tidak bisa berbicara. Akhirnya, senada dengan pendapat Kuntowijoyo, Edward Hallett Carr mengatakan bahwa sejarah adalah sebuah proses interaksi secara terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-faktanya. Interaksi ini merupakan wujud sebuah dialog tanpa akhir antara masa sekarang ketika sejarawan hidup dengan masa lalu, yaitu fakta itu sendiri. Berdasarkan pengertian ini, kita dapat mengambil pengertian bahwa yang memaknai masa lalu (fakta-fakta) adalah sejarawan. Ini berarti bahwa hasil pemaknaan masa lalu tersebut sangat dipengaruhi oleh kecenderungan sang sejarawan. Sebab, sangat mungkin terjadi beragam hasil rekonstruksi masa lalu disebabkan oleh perbedaan kecenderungan para sejarawan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan yang dimiliki, pengalaman yang dilalui, dan fakta-fakta yang dimiliki. Tidak mengherankan jika, peristiwa Serangan Fajar atau yang lebih dikenal dengan Peristiwa Janur Kuning di Yogyakarta terdapat dua versi, yaitu versi penguasa Orde Baru di mana Suharto sebagai aktornya, dan versi pasca Orde Baru yang menempatkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai tokoh utamanya.

Lanjutkan membaca “Memperbaiki Karakter melalui Sejarah

About Muqowim

Pembina Rumah Kearifan (House of Wisdom). Accredited Trainer LVE. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Muqowim →