Selasa, 06 Juni 2023, Dalam rangka mengembangkan kapasitas lembaga madrasah, khususnya MINUHA (MI Nurul Huda) Blitar terkait implementasi Kurikulum Merdeka. Ziadatul Husnah, M.Pd. selaku direktur Rumah Kearifan (House of Wisdom) bersama tim RK mengarahkan dan mengajak Tim Inti Perubahan MINUHA “ngangsu kawruh” di Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh tujuh orang Tim Perubahan MINUHA yang terdiri dari Kepala Madrasah, perwakilan guru kelas bawah, perwakilan guru kelas atas, serta beberapa wakil kepala bagian kurikulum. Lembaga SALAM dipilih sebagai “benchmarking” KURMER sebab di tempat ini kaya dengan filosofi dan praktik pendidikan yang memerdekakan. Bahkan, SALAM menjadi salah satu inspirasi dari KURMER sebagai kurikulum nasional. Bu Wahya, salah satu pendiri SALAM, sering dijadikan rujukan dalam desain implementasi KURMER.
Dalam konteks implementasi kurikulum baru, salah satu poin yang sering terlupakan dan kurang mendapat perhatian para praktisi pendidikan di sekolah dan madrasah adalah memahami spirit dan hakikat kurikulum. Para praktisi pendidikan lebih fokus pada dimensi teknis administrasi dan dokumen kurikulum itu sendiri. Padahal, hal yang harus diperhatikan lebih dulu adalah mengubah paradigma dan perspektif tentang hakikat kurikulum. Terkait dengan hal tersebut, SALAM menjadi inspirasi dan rujukan penting dalam memahami hakikat KURMER sebab di tempat ini bertolak dari filosofi pendidikan sebagai proses yang memerdekakan setiap peserta didik. Menurut Bu Wahya, proses pendidikan seharusnya dilakukan secara bermakna dan kontekstual. Pendidikan seharusnya membiasakan peserta didik mampu memecahkan masalah di tempat masing-masing, bukan ‘malah’ menambah masalah di kemudian hari.
Model pendidikan yang ditawarkan SALAM adalah pendidikan untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan di lingkungan sekitar, sehingga peserta didik diajak untuk berpikir kritis dan menyadari potensi, masalah dan tantangan apa saja yang ada di sekitar mereka. Untuk mencapai hal tersebut, kurikulum yang ditawarkan lembaga ini berbasis research, sebagaimana slogan SALAM “Saya menemukan saya menguasai”. Menurut Dr. Muqowim M.Ag., selaku founder Rumah Kearifan dan pakar pendidikan, model pendidikan yang dilakukan SALAM adalah pendidikan yang mencerahkan (enlightenment) dengan mengembalikan pada keotentikan setiap peserta didik. Ciri utama pendidikan yang mencerahkan adalah kemampuan setiap peserta didik dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi dan memberikan alternatif solusi dari persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar.
Setelah selesai berkunjung, muncul semangat dan antusias yang sangat besar dari Tim Perubahan MINUHA karena diberikan kesempatan untuk belajar langsung dengan pendiri SALAM dan beberapa fasilitator [sebutan guru di SALAM], seperti Bapak Budi Gemak dan Ibu Karunianingtyas Rejeki. Hal ini tampak dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan pada kesempatan kunjungan tersebut, mulai dari konsep, pendekatan, strategi, peran pendidik, tantangan yang dihadapi, hingga evaluasinya. Melalui kunjungan ini, Muhammad Sholihin, S.Pdi., selaku Kepala Madrasah, berharap besar hasil kunjungan ini bisa menjadi inspirasi perubahan MINUHA untuk lebih mematangkan “rebranding” dengan visinya yang baru sebagai “menjadi rujukan madrasah mandiri, kreatif, dan ramah tingkat nasional”. Semua yang diperoleh di SALAM juga dijadikan sebagai bahan refleksi bersama Rumah Kearifan selama pendampingan di Yogyakarta.