Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
Arvan Pradiansyah, dalam Life is Beautiful, membagi manusia menjadi tiga kategori ketika membahas keterkaitan antara aktivitas dengan kebahagiaan yaitu job, career dan calling. Menurutnya, secara garis besar, manusia tipe pertama (job) ketika melakukan aktivitas lebih didorong oleh faktor di luar dirinya seperti karena kewajiban, aturan, SK, dan reward and punishment. Jika kita termasuk kategori ini, maka ketika melakukan aktivitas seperti belajar, kuliah atau bekerja, hanya untuk survival saja, agar tidak terkena hukuman atau sanksi. Ketika beraktivitas kita seperti robot yang berjalan secara mekanik tanpa ruh. Secara fisik bekerja tetapi sebenarnya hati dan pikirannya tidak terlibat dalam pekerjaan. Ketika menghadapi persoalan atau tantangan baru dalam pekerjaan kita mudah berpikiran negatif seperti mengeluh, putus asa, pesimis, menggerutu, nyinyir, lepas tanggung jawab, dan cenderung mencari atau melemparkan kesalahan pada orang lain. Jika kita termasuk kategori ini bisa dipastikan tidak merasa bahagia dalam bekerja. Dihadapkan pada situasi ini, pilihan kita ada dua, apakah kita akan tetap bertahan dengan kategori ini, bekerja penuh keterpaksaan dan penderitaan atau kita harus segera move on. Kita mengubah sudut pandang atau pindah ke tipe yang lain, yaitu career atau calling.
Ciri manusia tipe career antara lain ketika beraktivitas didorong oleh motivasi dari dalam dan bekerja berdasarkan target tertentu. Biasanya target ini lebih bersifat material atau sesuatu yang tampak, misalnya bagi mahasiswa ketika tekun kuliah lebih dimotivasi ingin mendapatkan nilai atau ijazah, menjadi mahasiswa berprestasi tingkat nasional atau internasional, dan mendapatkan calon suami atau istri dari dunia kampus. Bagi karyawan, ketika bekerja didorong oleh target tertentu seperti pendapatan meningkat dua kali lipat, mendapatkan penghargaan dari atasan atau perusahaan, dan memperbanyak relasi atau jaringan. Dengan berbagai target tersebut, jika kita termasuk kategori ini, kita melakukan kegiatan penuh semangat untuk dapat mewujudkan semua yang ditargetkan. Dibandingkan dengan tipe job yang lebih didorong oleh external factors, tipe ini mempunyai motivasi endogen. Jika tipe job hanya ingin survival saja dalam beraktifitas, biar tidak di-DO bagi mahasiswa atau tidak di-PHK bagi karyawan, maka tipe career berusaha keras untuk mendapatkan semua target yang telah dibuat.
Boleh jadi kita berhasil menduduki jabatan tertinggi di perusahaan atau lembaga, mendapatkan penghargaan, pendapatan terjamin, kendaraan tersedia dan rumah mewah, namun apakah dengan semua itu membuat kita bahagia? Jawabannya, belum tentu, sebab kebahagiaan tidak dapat diukur dengan materi semata, apalagi jika semua yang kita miliki tersebut diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan. Menurut Martin E. Seligman dalam bukunya Beyond Authentic Happiness, di antara cara agar kita lebih bahagia secara otentik adalah positive emotion, engagement, relationship dan meaning. Emosi positif dalam setiap situasi adalah syarat utama agar kita bahagia. Mempunyai emosi positif perlu perjuangan, terlebih jika kita sedang dihadapkan pada tantangan dan permasalahan baru. Syarat kedua bahagia adalah engagement, yaitu ketika kita melakukan aktivitas secara lahir dan batin, tidak hanya fisiknya saja tapi hati dan pikiran juga harus terlibat. Relationship artinya kita mampu membangun hubungan dengan orang lain secara tulus, bukan karena kepentingan atau modus. Harus disadari bahwa sebagian kita ketika membangun relasi atau silaturahim lebih didorong oleh “apa yang bisa aku peroleh”, bukan “apa yang dapat saya berikan”. Sementara itu, meaning artinya kita mampu memaknai setiap aktivitas secara positif.
“Relationship artinya kita mampu membangun hubungan dengan orang lain secara tulus, bukan karena kepentingan atau modus.”
Dr. Muqowim, M. Ag.
Semua syarat kebahagiaan yang diajukan oleh pelopor psikologi positif tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh tipe manusia career. Kebahagiaan otentik hanya dimiliki oleh tipe manusia ketiga yaitu calling. Ketika melakukan aktivitas, orang tipe calling (panggilan) tidak didorong oleh faktor eksternal seperti tata tertib atau SK, juga bukan karena target-target yang bersifat material seperti pendapatan atau penghargaan, tetapi karena panggilan hati. Jika kita sebagai mahasiswa, ketika belajar bukan karena ada jadwal atau disuruh oleh dosen tetapi karena sebagai kebutuhan dari dalam ingin menjadi manusia yang lebih baik dengan terus belajar. Kita menyadari bahwa setiap orang harus terus belajar, di mana saja dan kapan saja, tidak hanya di kampus tetapi juga di rumah dan di tempat lain. Bagi tipe ini nilai, prestasi dan penghargaan hanyalah efek semata, bukan target. Jika kita adalah karyawan, kita bekerja dengan sepenuh hati sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena masih diberi kenikmatan untuk beraktifitas. Memberikan yang terbaik dan menebarkan nilai-nilai positif di tempat kerja adalah targetnya. Karena itu, ketika dihadapkan pada persoalan dan tantangan baru, kita akan menghadapi dengan sikap positif. Tipe manusia calling menjalani hidup penuh dengan kebahagiaan.
Tiga jenis manusia di atas tidak dapat dilihat dari aspek lahiriyah saja sebab kategori tersebut lebih bersifat self-evaluation dan self-reflection, hanya diri kita yang paling tahu termasuk kelompok mana. Karena itu, kita tidak dapat menghakimi orang lain yang mendapatkan prestasi, kedudukan atau harta melimpah sebagai orang yang tidak bahagia alias bukan tipe calling. Sebaliknya, kita juga tidak dapat menempatkan orang yang dalam kehidupan sehari-hari termasuk biasa saja, makan seadanya, rumah sederhana, dan tidak ada kendaraan mewah sebagai tipe manusia panggilan. Kita tidak dapat menilai hati setiap orang, hanya dirinya sendiri dan Allah yang paling tahu. Ketiga jenis manusia tersebut dapat kita jadikan sebagai early warning system, sistem peringatan dini, atau reminder ketika kita beraktifitas sesuai dengan pilihan profesi masing-masing. Jika kita termasuk kategori pertama sebaiknya kita segera move on ke level berikutnya, syukur-syukur termasuk kategori yang ketiga, tipe manusia calling. Jika kita termasuk tipe ketiga, maka kita perlu berusaha untuk mempertahankan kualitas ini agar selalu bahagia dan menebarkan kebahagiaan positif di mana pun berada.
Akhirnya, kehidupan kita pada hakikatnya ibarat kata kerja (verb) yang selalu berproses secara dinamis, tidak bersifat statis seperti kata benda (noun). Dikaitkan dengan jenis manusia di atas, boleh jadi kita pernah mengalami ketiga-tiganya. Di satu aktivitas mungkin kita termasuk tipe job, di kegiatan lain termasuk jenis career, dan dalam kegiatan yang lain lagi tergolong kategori calling. Jika semua ini kita sadari, maka kita mudah melakukan perubahan menjadi manusia yang selalu lebih positif. Boleh jadi selama ini kita belum menikmati aktivitas sehari-hari disebabkan oleh motivasi kita yang belum in line dengan tujuan hidup, atau mungkin tujuan hidup kita memang perlu diresolusi agar hidup lebih bermanfaat dan bermakna. Ketika kehidupan kita lebih menekankan aspek manfaat dan makna pada dasarnya kita sedang berinvestasi energi positif. Jika ini yang terjadi, maka kita menjadi positive energy generator, sumber energi positif yang selalu menebarkan energi positif tersebut di mana pun kita berada. Kita menjadi positive energy transmitter, penyebar energi positif di sekeliling kita, apa pun aktivitas yang kita lakukan. Dengan banyaknya tabungan energi positif tersebut, insyaallah kita dimudahkan dalam mewujudkan tujuan hidup yang telah dibuat.