Jumat, 6 Agustus 2021-8:13.00 WIB
Tidak terasa program SC Moderasi Beragama Lintas Iman sudah memasuki hari kelima (Jum’at, 6 Agustus) yang merupakan hari terakhir Short Course Moderasi Beragama Lintas Iman. Pada hari terakhir ini kegiatan diisi dengan tema “Mahasiswa sebagai Penggerak Perubahan”. Dengan sesi ini diharapkan semua peserta yang notabene mahasiswa semua dapat mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
Sesi yang dipaparkan oleh Maskur Hasan (Koordinator The Asian Muslim Action Network Indonesia wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah) ini menekankan tentang pentingnya melakukan proses transformasi sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing tempat. Dalam hal ini dia banyak berbagi pengalaman terkait bagaimana cara melakukan proses transformasi di berbagai komunitas khususnya kaum perempuan seperti nilai perdamaian dan toleransi.

Berdasarkan pengalaman dalam proses transformasi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membuat perencanaan. Melalui perencanaan ini ada empat indikator yang harus diperhitungkan selama program, yaitu impact (perubahan yang diinginkan secara luas), output (kelompok sasaran), activity (aktivitas yang akan dilakukan, dan input (kebutuhan yang sudah ada). Keempat hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat keberhasilan sebuah program.
Setelah melakukan perencanaan, mahasiswa sebagai penggerak perubahan harus melakukan aktivitas (action) dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Dalam hal ini dia sepakat dengan pendekatan yang ditawarkan oleh short course ini yaitu Living Values Education (LVE) dan Design for Change (DfC). Dengan pendekatan ini, keberhasilan program ini ditentukan oleh peserta yang menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari ataukah tidak.
Salah satu anggota Forum Jogja Damai dan PWFC (Peace Warriors for Change) tersebut, juga menyampaikan bahwa untuk menjadi penggerak perubahan kita harus banyak belajar dengan menghidupkan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan sekitar, mampu berbaur dengan masyarakat, dan menciptakan isu yang dapat dijadikan tujuan bersama dalam masyarakat yang berbeda latar belakangnya, seperti Nyadran di desa Getas.