Rabu, 4 Agustus 2021-8:13.00 WIB
Program SC Moderasi Beragama Lintas Iman yang diselenggarakan secara virtual oleh Rumah Kearifan (House of Wisdom) bekerja sama dengan Laboratorium Studi Agama (LABSA) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) Yogyakarta tidak terasa sudah memasuki hari ketiga (4 Agustus 2021).
Pada hari ketiga ini kegiatan refleksi dipandu langsung oleh Dr. Muqowim, M.Ag. sebagai founder Rumah Kearifan. beliau meminta para peserta untuk memberikan review terkait materi pada hari kedua tentang sketsa kehidupan beragama di Indonesia dan pendekatan LVE (Living Values Eduction) dan DfC (Desaign for Change). selain itu, semua peserta SC Moderasi Beragama Lintas Iman juga diwajibkan untuk mengimplementasikan pendekatan DfC (Feel, Imagine, Do, Share) dalam kehidupan di lingkungan sekitar.

Kegiatan SC Moderasi Beragama Lintas Iman pada hari ini bertema “Nilai Toleransi dan Menghargai dalam Perspektif Islam dan Kristen”. Dalam perspektif Islam disampaikan oleh Listia, M.A. (Koordinator Perkumpulan Pengemban Pendidikan Interreligius di Yogyakarta). sedangkan, dalam perspektif Kristen dipaparkan oleh dua narasumber yang merupakan pasangan suami-istri, yaitu Riston M., M.Th. (Direktur Youth Interfaith and Peace Center) dan Sontiar M., M.Pd. (Staff PSAP UKRIM).
Pada sesi pertama SC Moderasi Beragama Lintas Iman “Day 3” dimulai dari perspektif Islam yang di sampaikan Ibu Listia, M.A. Beliau menyampaikan bahwa bersikap menghargai dan toleran terhadap berbagai keragaman dalam hidup (Agama, ras, suku, budaya, gender, usia dll) adalah bagian dari ekspresi kematangan pribadi. Seseorang yang mempunyai kematangan diri akan senantiasa bersifat terbuka dan mau untuk menghargai yang berbeda.

Pada dasarnya, perbedaan keanekaragaman merupakan “sunatullah” sebuah keniscayaan yang kita tidak dapat menolak dan harus menerimanya, seperti yang dipaparkan pemateri bahwa kemajemukan manusia adalah dari sang pencipta. Dalam perspektif islam keberagaman ini terkadung dalam surah Al Maidah (48) “Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan”.
Alumni sarjana Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga tersebut, menggarisbawahi dengan memberikan poin penting bahwa jika Allah ingin menjadikan semua manusia itu satu umat (agama, budaya, ras, dll) itu sangat mudah bagi-Nya, tetapi Allah lebih menekankan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan tanpa melihat latar belakang perbedaan apapun.
Dalam hal ini pemateri juga memberikan cara bagaimana untuk mengelola perbedaan, yaitu dimulai dengan memperbaiki cara pandang (perspektif). Dalam melihat perbedaan tersebut Al-Quran telah mengenalkan istilah ‘kalimatun sawa’ (Ali Imran 64), yaitu kesamaan diantara formalitas yang berbeda-beda. Maksundya, kita harus adil dalam cara pandang dengan melihat semua manusia adalah saudara. Kemudian, dalam mengelola perbedaan harus memperbanyak perjumpaan dengan yang berbeda, seperti menjalin pertemenan, kerja sama, dll. Selain itu, kita juga harus menumbuhkan sikap saling memahami satu sama lain sehingga akan tercipta kondisi yang positif, damai dalam kehidupan di tengah kemajemukan Indonesia.