Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
Pengantar
Sejauh penulis ketahui banyak mahasiswa dan praktisi pendidikan khususnya pendidik yang tidak terlalu menyukai filsafat, termasuk filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam, padahal Fazlur Rahman pernah mengatakan dalam Islam and Modernity bahwa di antara penyebab utama kemunduran peradaban Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah hilangnya tradisi berpikir filosofis (philosophical thinking). Ada banyak penyebab mengapa subject ini kurang disukai, di antaranya karena adanya persepsi yang keliru tentang filsafat. Filsafat dianggap menjadi penyebab manusia jauh dari Tuhan, tidak mau shalat, dan berperilaku aneh. Padahal, filsafat seharusnya justru mengantarkan seseorang pada cinta (philos) pada kearifan (sophos). Penyebab yang lain adalah pembelajaran filsafat yang cenderung menghafal konsep-konsep dalam filsafat dan sejarah tentang filsafat termasuk tokoh-tokohnya. Hal ini berdampak pada subject ini sebagai beban dan pelajaran paling berat, dan pasti mengernyitkan dahi. Banyak yang tidak menyadari bahwa setiap orang hidup itu berfilsafat. Setiap menghadapi, mengidentifikasi dan menyelesaikan setiap persoalan hidup sebenarnya merupakan wujud dari filsafat yang dianut tiap orang. Karena itu, pembelajaran filsafat seharusnya dilakukan dengan membiasakan setiap peserta didik agar berfilsafat dan diterapkan dalam mengatasi setiap persoalan hidup yang sedang dihadapi, bukan sekedar menghafal sejarah tentang filsafat dengan sejumlah tokoh dan pemikirannya. Belajar tentang tokoh dan pemikiran filsafat di masa lalu seharusnya lebih diarahkan untuk mengambil nilai tentang bagaimana cara memandang hidup dengan berbagai problematikanya dalam konteks kekinian. Bagaimana dengan filsafat pendidikan Islam?
“Belajar tentang tokoh dan pemikiran filsafat di masa lalu seharusnya lebih diarahkan untuk mengambil nilai tentang bagaimana cara memandang hidup dengan berbagai problematikanya dalam konteks kekinian. ”
Dr. Muqowim, M. Ag.
Praktik pendidikan termasuk pendidikan yang dijalankan oleh orang Islam hakikatnya merupakan wujud filsafat yang dianut oleh pemikir dan praktisi pendidikan yang terlibat di dalamnya. Dengan belajar filsafat pendidikan Islam seharusnya setiap praktisi pendidikan mampu mengidentifikasi, merefleksikan dan menawarkan alternatif solusi dari setiap persoalan pendidikan dengan perspektif filsafat yang digali dan diinspirasi oleh ajaran Islam. Karakter tawaran solusi dari sudut filsafat pendidikan Islam biasanya mendasar, universal dan sistematis. Hanya saja, karena mayoritas praktisi pendidikan terbiasa berpikir instant dan pragmatis, maka tawaran dari sudut pandang filsafat ini kurang membumi dan tidak bisa langsung diterapkan. Meskipun model berpikir pragmatis ini bagian dari berfilsafat juga, namun tawaran alternatif yang lebih radikal dan “ke jantung persoalan” biasanya kurang diterima. Akibatnya, persoalan pendidikan selalu muncul berulang-ulang sebab yang diselesaikan hanya wilayah “pinggiran” dan kulitnya saja.
Secara garis besar, filsafat pendidikan Islam diartikan sebagai sebuah perspektif filosofis dengan ciri sistematis, mendasar, universal dan mengembalikan pada hakikat tentang makna pendidikan dengan berbagai komponennya dari sumber ajaran Islam. Ajaran Islam bukan dimaknai sebagai sumber dan inspirasi sebagaimana terjadi dengan sumber ajaran agama dan tradisi lain. Hasil pemikiran filsafat tentang pendidikan dari ajaran Islam ini seharusnya dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk menyelesaikan setiap persoalan pendidikan oleh siapa pun tanpa melihat latar belakang seseorang. Bukankah kehadiran ajaran Islam untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam? Kalaupun sejauh ini belum terjadi bukan berarti ada yang salah dengan ajaran Islam, namun boleh jadi kualitas pemikir filsafat pendidikan dalam Islam yang belum maksimal. Bukankah sejarah pernah membuktikan betapa banyak pemikir filsafat dalam Islam yang menginspirasi perubahan dalam dunia pendidikan seperti Ibn Rusyd di Eropa?
Melanjutkan membaca Pendidikan dan Manusia