Urgensi Multiliterasi: Literasi Numerasi [3]

Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)

Pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini orang yang mempunyai literasi numerasi akan mudah meraih yang diinginkan selama terkait dengan penggunaan media internet sebab hampir semua orang menggunakan layanan internet. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tahun 2020 lalu jumlah pengguna internat di Indonesia mencapai 196,7 juta atau sekitar 73,7 persen dari jumlah populasi. Jumlah ini meningkat 25,5 juta dibandingkan tahun 2019. Artinya, semakin banyak orang yang menggunakan internet, terlebih pada masa pandemi COVID-19 saat ini. Semua sektor memanfaatkan layanan internet karena adanya protokol kesehatan yang ketat akibat virus. Hampir semua instansi dan perusahaan, termasuk lembaga pendidikan, menerapkan bekerja dan belajar dari rumah. Hal ini hanya dapat berjalan jika menggunakan fasilitas internet. Karena itu, selama masa pandemi berlangsung kita banyak mengeikuti kegiatan pembelajaran secara daring dengan beragam platform seperti zoom, WA, FB, Google Meet, dan Skype.

Semakin banyaknya pengguna internet tersebut merupakan kesempatan dan peluang bagi kita untuk mencapai tujuan hidup yang ditetapkan. Pengguna internet tersebut dapat dibuat klasifikasi sesuai dengan kepentingan kita. Kita dapat mengelompokkan berdasarkan daerah seperti Jawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Bali, NTB, Ambon dan Papua. Kita juga dapat mengklasifikasikan pengguna internet berdasarkan jenis kelamin, usia, waktu pemakaian dan platform yang digunakan. Jika kita ingin branding perusahaan yang target sasarannya adalah anak muda, kaum milenial, maka kita menggunakan data berdasarkan usia. Jika yang menjadi target adalah kaum perempuan, maka kita menggunakan data berdasarkan jenis kelamin. Jika kita familier dengan platform internet tertentu, maka kita tinggal menggunakan data pengguna platform yang kita inginkan. Semua data pengguna tersebut dapat diolah sedemikan rupa sehingga dapat kita gunakan untuk kepentingan kita. Para pelaku usaha ekonomi kreatif, pendidik, politisi dan pendakwah pun banyak menggunakan data tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut, kita harus mempunyai literasi numerasi.

Secara sederhana, numerasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung dalam kehidupan sehari-hari. Numerasi juga berarti kemampuan menginterpretasikan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini antara lain ditunjukkan dengan menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis seperti grafik, bagan dan tabel. Dalam hal ini pengetahuan tentang konsep matematika saja tidak cukup sebab literasi numerasi menuntut keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam konteks realitas sehari-hari. Sebagai sebuah contoh sederhana, jika kita ingin memasarkan nasi goreng, kita dapat melakukan survey singkat melalui platform WAG, IG atau FB untuk mengetahui berapa banyak orang yang suka dengan nasgor, jenis rasa yang diinginkan, dan perkiraan harga yang dapat dijangkau.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, literasi numerasi setidaknya mencakup dua hal. Pertama, pengetahuan dan kecakapan menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktik dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. Kedua, pengetahuan dan kecakapan menganlisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti grafik, tabel dan bagan, lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan. Dengan demikian, literasi numerasi lebih bersifat praktis, digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan kewarganegaraan, profesional, rekreatif, maupun kultural. Karena itu cakupan numerasi jauh lebih luas daripada matematika, sebab literasi ini berkaitan dengan aspek kehidupan lain.

Di antara indikator keberhasilan penguasaan literasi numerasi yang baik adalah ketika kita mampu menggunakan pengetahuan dan kecakapan ini dalam kehidupan praktis. Ini berarti pembiasaan terbaik dalam literasi ini adalah dengan terlibat langsung dalam realitas di masyarakat. Karena itu, mau tidak mau kita harus melibatkan disiplin keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora seperti psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah, ekonomi, politik, hukum, dan komunikasi. Semakin banyak melibatkan disiplin ilmu lain, semakin terasah literasi numerasi kita, sebab kita tidak akan dapat memecahkan persoalan secara komprehensif tanpa melibatkan disiplin ilmu lain yang relevan. Ketika kita dihadapkan pada persoalan seperti mengembangkan usaha, merencanakan masa depan, liburan, penggunaan anggaran belanja, dan membangun rumah, kita memerlukan banyak pendekatan selain literasi numerasi. Pentingnya pelibatan banyak disiplin keilmuan lain ini agar membawa kemanfaatan dan tepat sasaran.

Di antara indikator keberhasilan penguasaan literasi numerasi yang baik adalah ketika kita mampu menggunakan pengetahuan dan kecakapan ini dalam kehidupan praktis.

Dr. Muqowim, M. Ag.

Karena itu, literasi numerasi pada hakikatnya terkait dengan pembiasaan karakter positif sebab literasi ini harus mampu memperbaiki situasi dan kehidupan kita agar lebih baik dari waktu ke waktu. Sebagaimana telah diuraikan [dalam materi short course] sebelumnya bahwa literasi pada hakikatnya mencakup tiga proses yaitu learning, unlearning dan relearning. Dikaitkan dengan literasi numerasi, pengetahuan kita tentang data dan angka tidak ada maknanya sama sekali kalau tidak pernah kita renungkan dan mengambil ide dan inspirasinya untuk memecahkan problem realitas. Di lembaga pendidikan, sebagai contoh, data tentang jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan di suatu daerah tidak akan berarti apa-apa kalau tidak kita renungkan maknanya terutama dikaitkan dengan perspektif masyarakat dalam konteks pendidikan kaum perempuan. Hal ini dapat dicermati dengan gender equity melalui empat ukuran yaitu akses, peran, kontrol, dan manfaat.

Mengapa kaum perempuan lebih sedikit yang menempuh pendidikan daripada laki-laki? Apakah memang sudah tidak ada perempuan yang tidak sekolah atau karena persepsi di masyarakat yang masih cenderung bias gender sehingga menganggap pendidikan bagi kaum perempuan tidak penting. Contoh lain dalam literasi numerasi adalah analisis data tentang kecenderungan intoleransi di lembaga pendidikan. Data tentang meningkatnya angka intoleransi ini tidak bermakna sama sekali jika tidak pernah direnungkan (unlearning) secara mendalam. Gejala ini dapat dikaitkan dengan peran media sosial, bacaan yang digunakan peserta didik, peran guru, dan pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran. Kemampuan menganalisis fenomena tersebut dapat menghasilkan tawaran alternatif untuk mengatasi problem kemajemukan di lembaga pendidikan. Karena itu, literasi numerasi mempunyai andil dalam pembiasaan karakter peserta didik.

Literasi numerasi menjadikan kita mempunyai kesadaran diri dan kesadaran sosial untuk ikut aktif menawarkan berbagai alternatif pemecahan masalah. Bahkan, menurut OECD, literasi ini dapat membantu memecahkan permasalahan kesehatan, kelaparan, dan pengangguran. Ini berarti literasi ini dapat kita manfaatkan untuk membiasakan banyak karakter positif seperti peduli, fokus, komitmen, proaktif, sinergi, kolaborasi, kerjasama, tanggung jawab, toleransi, kasih sayang, dan kemandirian. Semua jenis karakter tersebut hanya dapat dibiasakan jika mempunyai tujuan hidup yang jelas dan peka terhadap problem realitas sehari-hari. Karena itu, semakin banyak kita menerapkan berbagai konsep matematika dalam konteks praktis yang melibatkan banyak disiplin ilmu lain, semakin banyak karakter positif yang dapat kita biasakan sehingga literasi ini tidak berhenti pada dataran konseptual namun lebih aplikatif, lebih membumi dalam memecahkan problem dan tantangan yang selalu berubah.

About Muqowim

Pembina Rumah Kearifan (House of Wisdom). Accredited Trainer LVE. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Muqowim →