Setiap Anak adalah Juara! [2]

Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)

Setiap Orang adalah Istimewa!
Setiap orang diciptakan dengan derajat tertinggi. Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Thin ayat 6, “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik ciptaan” dan QS. Ali Imran ayat 139, “Dan janganlah kamu merasa lemah [hina] dan jangan bersedih, padahal kamu orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu sekalian orang-orang yang yakin.” Kehebatan ini, menurut Denise Lawrence, dapat dilihat dari kualitas positif yang diberikan Allah ketika manusia ketika diciptakan. Kualitas positif tersebut paling tidak ada lima yaitu kedamaian (peace), cinta (love), kebahagiaan (happiness), daya (power), dan kemurnian (purity). Kualitas kedamaian antara lain ditandai dengan suasana penuh ketenangan, ketenteraman, seimbang, mindfulness, menerima, harmonis, self-control, stillness, bliss, dan quiet. Indikator cinta antara lain pleasure in giving (senang memberi), forgiveness (memaafkan), caring (peduli), sharing (berbagi), serving (melayani), dan sacrifying (berkorban). Kualitas cinta menjadikan kita lebih berorientasi untuk memberikan yang terbaik, apa yang dapat kita berikan untuk lembaga, bukan apa yang kita peroleh atau dapatkan.

“Setiap orang diciptakan dengan derajat tertinggi.”

Dr. Muqowim, M. Ag.

Indikator kualitas kebahagiaan menurut Dalai Lama dan Desmond Tutu ada delapan yaitu perspective (mempunyai beragam sudut pandang), humility (rendah hati), humor (mempunyai rasa humor), acceptance (sikap menerima kondisi yang ada), forgiveness (memaafkan), gratitude (bersyukur), compassion (welas asih dan kasih sayang), dan generosity (murah hati dan dermawan). Kualitas kebahagiaan ini sudah kita miliki sejak kita diciptakan, tidak perlu mencari di luar diri kita. Menurut Martin Seligman, indikator orang yang mempunyai kualitas ini antara lain mempunyai emosi positif (positive emotion), melakukan aktifitas secara lahir dan batin (engagement), mampu membangun relasi positif dengan siapa pun (relationship), mampu memaknai positif dari setiap momen yang dialami (meaning) dan selalu meningkat pencapaian kualitas positifnya (achievement). Orang yang mempunyai indikator tersebut mempunyai kebahagiaan otentik, bukan artifisial. Menurut Dalai Lama, orang seperti ini bukan sekedar mempunyai happiness namun joy. Kualitas ini sudah ada dalam diri kita, tidak perlu dicari di luar diri kita.

Kualitas kempat adalah penuh daya (power). Secara natural setiap orang mempunyai kemampuan melakukan yang terbaik dengan penuh daya. Ketika menghadapi tantangan dan persoalan setiap orang pasti dapat mengatasi sebab Allah tidak memberikan masalah di luar kemampuannya. La-yukallifullahu-nafsan-illa-wus’aha. Orang yang berdaya bukan dalam pengertian fisik namun secara emosi misalnya penuh semangat, optimis, enerjik, mampu mengendalikan diri, berani memutuskan dan melangkah, memberdayakan, dan berinisiatif. Sementara itu, indikator dari kualitas kemurnian (purity) antara lain otentik, natural, imparsial, organik, pristine, jernih, tulus, ikhlas, dan bersih. Orang yang mempunyai kualitas purity ini mampu mengembalikan situasi yang tidak menentu dan crowded pada kondisi rileks, nyaman, alami, apa adanya, teratur, dan menyenangkan.

“Indikator dari kualitas kemurnian (purity) antara lain otentik, natural, imparsial, organik, pristine, jernih, tulus, ikhlas, dan bersih. Orang yang mempunyai kualitas purity ini mampu mengembalikan situasi yang tidak menentu dan crowded pada kondisi rileks, nyaman, alami, apa adanya, teratur, dan menyenangkan.”

Dr. Muqowim, M.Ag.

Berdasarkan narasi tersebut setiap orang pada dasarnya hebat ketika diciptakan Allah, hanya saja ketika terlahir di dunia, yang berada dalam ruang dan waktu, sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sebagian besar anak ketika di usia emas, golden age, usia 0-6 tahun, mendapatkan perlakuan negatif dari lingkungan sekitar. Menurut riset di Ohio University, setiap hari, dalam rentang waktu 24 jam, setiap anak di usia ini mendapatkan perlakuan negatif sebanyak 432 kali, sedangkan perlakuakn positif sebanyak 32 kali. Padahal karakter manusia 80% terbentuk ketika berada di usia ini. Sangat wajar jika Jack Canfield mengatakan bahwa orang dewasa setiap hari berpikir sebanyak 60 ribu hal. Dari jumlah tersebut, 80% berpikir negatif. Jika hal ini yang terjadi, wajar jika mayoritas yang dikatakan, dituliskan, dan dilakukan juga negatif. Jika situasi ini tidak segera diakhiri, maka kebiasaan (habit), karakter (character), dan nasib (destiny)-nya akan cenderung negatif juga.

Lanjutkan membaca “Memenuhi Kebutuhan Dasar”

About Muqowim

Pembina Rumah Kearifan (House of Wisdom). Accredited Trainer LVE. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Muqowim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *