Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
Memenuhi Kebutuhan Dasar
Untuk menjadikan setiap orang hebat dan istimewa dengan beragam kualitas positif di atas, paling tidak ada lima kebutuhan dasar yang perlu kita penuhi, yaitu dicintai (loved), dipahami (understood), bernilai (valued), dihargai (respected) dan aman (safe). Jika kita dapat memenuhi lima kebutuhan dasar ini, maka setiap orang akan menjadi diri yang hebat dan bermartabat, sebagaimana tagline yang diusung oleh Kementerian Agama, Madrasah Hebat dan Bermartabat. Madrasah model ini dapat diwujudkan jika semua pemangku kepentingan (stakeholder dan shareholder) madrasah dapat memenuhi lima kebutuhan tersebut kepada setiap peserta didik, yang menjadi anggota pemangku kepentingan utama. Lima kebutuhan tersebut bersifat universal, bukan hanya untuk peserta didik, namun juga untuk guru, tenaga kependidikan, orangtua, kepala madrasah, dan manusia pada umunnya. Artinya, setiap orang seharusnya mendapatkan lima kebutuhan tersebut di tempat masing-masing sesuai dengan pilihan profesi yang ditekuni selama ini.
“Untuk menjadikan setiap orang hebat dan istimewa dengan beragam kualitas positif di atas, paling tidak ada lima kebutuhan dasar yang perlu kita penuhi, yaitu dicintai (loved), dipahami (understood), bernilai (valued), dihargai (respected) dan aman (safe).”
Dr. Muqowim, M. Ag.
Secara teknis, cara memenuhi lima kebutuhan dasar tersebut berbeda-beda tergantung pada konteksnya, siapa yang kita hadapi dan peran apa yang kita mainkan. Untuk anak usia dini misalnya, kebutuhan akan dicintai antara lain diwujudkan dalam bentuk cium, pelukan atau sentuhan secara fisik. Untuk konteks anak yang lain, perasaan dicintai dapat berupa dipanggil namanya atau disapa. Pemenuhan kebutuhan “dipahami” antara lain dapat berupa dijelaskan secara visual dan gesture ketika yang kita hadapi adalah anak tuna rungu. Kadang kita merasa dipahami oleh guru atau dosen ketika mereka mengetahui gaya belajar kita apakah kinestetik (somatik), visual, auditory atau intelektual. Ketika gaya belajar kita tipe kinestetik, guru menyampaikan materi dengan langsung dipraktikkan maka kita merasa dipahami sebab sesuai dengan kondisi kita. Ketika guru atau dosen lebih melihat aspek positif dan kelebihan kita, sebagai siswa atau mahasiswa, maka kita mendapatkan kebutuhan bernilai (valued). kita merasa kurang nyaman jika dibanding-bandingkan dengan orang lain sebab setiap orang mempunyai keunikan dan keistimewaan.
Sementara itu, kebutuhan akan dihargai dapat kita peroleh ketika guru atau dosen memberikan apresiasi dari apa yang kita lakukan. Bentuk apresiasi ini tidak harus secara material, dapat berupa non-materi misalnya acungan jempol, pemberian tepuk tangan, dan beberapa ungkapan seperti “hebat, jos, sip, bagus, mantul, dan manji (mantap jiwa)”. Kebutuhan ini hakikatnya terkait dengan kebutuhan sebelumnya yakni valued. Orang yang melihat dari sisi positif dan kelebihan maka akan cenderung memberikan penghargaan dan apresiasi. Sejauh ini banyak praktik pendidikan yang kurang memenuhi kebutuhan ini. Akhirnya, kebutuhan akan rasa aman (safe) dapat dipenuhi jika kita mampu memberikan suasana nyaman kepada peserta didik baik secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Jika semua pendidik menyadari adanya kebutuhan dasar tersebut dan mampu memenuhi sesuai dengan konteks yang dihadapi, maka setiap orang akan menjadi hebat dan bermartabat. Juara di bidangnya masing-masing.
Artikel ini telah diterbiitkan dalam buku dengan judul “Anak Unik“
Memulai lagi membaca dari awal “Setiap Anak adalah Juara“