Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
Kita mungkin pernah mengalami situasi di mana seluruh energi yang kita miliki keluar ketika dikejar deadline seperti tugas perkulaian, pekerjaan rumah atau kantor. Mirip dengan sebuah ilustrasi, dalam keadaan normal kita sulit membayangkan dapat melompat sebuah tembok yang tingginya 1 meter, tetapi dalam keadaan kritis seperti ada kebakaran atau gempa bumi, dengan mudah kita dapat melompat tembok 1,5 meter. Dalam situasi kritis seakan-akan seluruh potensi kita keluar. Menurut Yohanes Surya, dalam kondisi seperti ini lingkungan yang ada di sekitar kita mendukung yang kita lakukan atau disebut dengan MESTAKUNG (seMESTA menduKUNG). Agar semesta mendukung yang kita lakukan, menurut Surya, ada tiga hukum yang harus dilakukan yaitu hukum kritis, hukum langkah, dan hukum tekun.
Hukum kritis biasa kita sebut dengan “the power of kepepet”. Dalam situasi kepepet, seluruh potensi yang kita miliki seakan keluar, bangkit dan memberikan solusi dari persoalan dan tantangan yang sedang kita hadapi. Menurut Surya ada dua jenis situasi kritis, yaitu kondisi kritis yang muncul begitu saja dan kita harus tanggap dan segera bertindak secara cepat, dan kondisi kritis yang memang kita ciptakan. Situasi kritis pertama muncul secara alamiah, bahkan mungkin kondisi ini tidak kita kehendaki. Pandemi COVID-19 termasuk kategori pertama. Tiba-tiba kita kena PHK dari perusahaan juga termasuk tidak kita duga tetapi kita harus segera bertindak secara cepat. Sementara itu, situasi kritis yang kedua lebih bersifat by design, kita sendiri yang menciptakan, melalui target dan rencana yang lebih besar bahkan di luar logika. Kita yakin dapat mewujudkan tujuan tersebut.
Tujuan dan cita-cita hidup yang tinggi termasuk “kita menciptakan situasi kritis” untuk diri sendiri. Mengapa disebut kritis? Sebab dengan tujuan tersebut, jika kita tidak dapat mewujudkannya kita termasuk kategori “orang gagal”. Tentu saja predikat ini kita sendiri yang menciptakannya, sebab kita menginginkan adanya lompatan dan perubahan dalam hidup yang besar. Ini adalah pilihan orang yang mempunyai growth mindset, tidak akan muncul bagi orang yang berparadigma fixed mindset. Tujuan dan target yang kita buat pasti lebih tinggi atau di atas rata-rata daripada orang biasa, sehingga ketika orang-orang sekitar mendengar apa yang kita mimpikan sebagian besar menganggap aneh dan tidak percaya, malah mungkin mencemooh dan nyinyir. Inilah salah satu tantangannya, bagi yang positive thinking dan yakin dengan mimpinya respon negatif tersebut akan dianggap sebagai vitamin yang membuatnya semakin sehat dan penuh vitalitas.
Dengan berpikir positif, berbagai feedback lingkungan sekitar justru menjadi pemacu dan penyemangat untuk membuktikan tujuan hidup yang telah dibuat. Hal ini tentu berbeda jika kita mempunyai negative thinking, munculnya beragam respon negatif tersebut boleh jadi membuat kita patah semangat, down, pesimis, dan menurunkan mimpi agar lebih realistis. Munculnya tanggapan miring dari sekitar antara lain disebabkan tujuan hidup yang kita buat “di atas nalar” orang biasa. Sebuah sebuah ilustrasi, mimpi Ibrahim Elfiky ketika masih di Mesir sebagai seorang atlet tenis meja nasional adalah mempunyai hotel berbintang lima di Kanada dan menjadi motivator untuk jutaan orang di seluruh dunia. Dilihat dari pendidikan Elfiky yang lulusan SMA dan profesi yang ditekuni, secara logika, tidak mungkin mewujudkan mimpi tersebut, tetapi Elfiky yakin dengan yang ditulis.
“Dengan berpikir positif, berbagai feedback lingkungan sekitar justru menjadi pemacu dan penyemangat untuk membuktikan tujuan hidup yang telah dibuat.”
Dr. Muqowim, M. Ag.
Untuk mewujudkan mimpinya, Elfiky hijrah ke Kanada bersama keluarganya. Kita bisa menebak bagaimana kehidupan keluarganya di negara maju dengan skill terbatas, “pontang-panting”, tetapi demi mewujudkan cita-cita semua jenis pekerjaan dijalani untuk dapat mempertahankan hidup di Kanada seperti loper koran dan tukang cuci piring. Ketika ada pengumuman dibuka lowongan staf di sebuah hotel berbintang lima, dengan semangat dia mendaftar. Dia bahkan sudah membayangkan dalam hati bahwa inilah calon hotel yang akan dia miliki, seperti yang dicita-citakan. Singkatnya, dia diterima di hotel tersebut. Dengan penuh ketekunan dia bekerja sehingga karir dia terus menanjak mulai dari staf menjadi supervisor, manajer dan akhirnya sebagai pemilik hotel tersebut. Di akhir hayatnya, Elfiki mempunyai gelar S1 lebih dari 20, beberapa gelar master dan gelar doktor. Dia juga mempunyai beberapa training center tempat dia berbagi cerita inspirasi ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Mimpi Elfiky dapat diwujudkan sebab dia menerapkan hukum langkah dalam MESTAKUNG. Elfiky tidak akan berhasil mewujudkan mimpinya kalau tidak melangkah dengan cara meninggalkan Mesir menuju Kanada. Langkah menjadi salah satu indikator bahwa kita yakin dengan tujuan yang telah ditulis. Kata pepatah China, langkah keseribu tidak akan terjadi tanpa langkah pertama. Dengan melangkah kita dapat mengevaluasi dan merefleksikan diri apakah langkah yang sudah ditempuh tersebut sudah tepat ataukah belum. Jika sudah tepat dilanjutkan dan ditingkatkan, jika belum tepat segera dicari alternatif langkah yang lebih baik. Bagaimana mungkin kita dapat mengevaluasi, melihat keberhasilan dan kegagalan, sesuatu yang belum pernah kita lakukan? Dalam konteks KAIZEN kita mengenal empat langkah yaitu plan, do, check dan act. Kita tidak bisa mengecek keberhasilan sebuah program atau kegiatan jika rencana yang telah dibuat belum diimplementasikan atau dilakukan.
Dengan melangkah kita dapat menilai keberhasilan yang telah kita raih. Upaya perbaikan langkah terus-menerus untuk meraih tujuan hidup tidak akan terjadi jika kita tidak mempunyai ketekunan. Tekun adalah hukum ketiga MESTAKUNG. Mungkin kita pernah mendengar sebuah ungkapan “bisa karena terbiasa”. Dengan ketekunan, sesuatu yang awalnya sulit menjadi mudah, yang rumit menjadi sederhana dan yang “impossible” menjadi “i m possible”. Kita mampu melakukan lompatan karena kita tekun menjalani yang akan diraih. Dalam ungkapan orang pesantren “man telataina fanaina”, barang siapa yang telaten maka dia akan panen. Keberhasilan akan dicapai jika kita telaten, tekun, menjalani langkah yang telah kita tetapkan. Kita dapat belajar tentang nilai ketekunan ini dari beberapa success story seperti Thomas A. Edison, penemu lampu pijar, dan HAR Tilaar, pemilik perusahaan Sari Ayu.
Berdasarkan narasi singkat di atas, dengan hukum MESTAKUNG kita dapat melakukan quantum leap untuk mewujudkan tujuan hidup yang telah kita buat dengan penuh keyakinan. Kita menciptakan situasi kritis dengan tujuan hidup yang di atas rata-rata. Tujuan hidup tersebut kita rencanakan secara cermat dan penuh perhitungan sehingga kita melangkah penuh dengan keyakinan. Ketika dihadapkan pada tantangan dan persoalan yang sering datang tidak terduga, kita siap menghadapi dengan penuh ketekunan dan ketelatenan. “Proses tidak akan membohongi hasil”. Usaha keras yang kita lakukan membuat tujuan yang kita buat dapat diwujudkan. Hanya saja, kadang, dihadapkan situasi sulit yang membuat kita mudah menyerah. Jika hal ini terjadi, maka kita tidak akan dapat mencapai tujuan. Karena itu, kita perlu merenungkan salah satu nasihat Edison, “ketahuilah, jika kamu melangkah kemudian gagal dan menyerah, sebenarnya pada langkah berikutnya akan berhasil”. Hanya saja kita tidak meraih keberhasilan sebab kita sudah terlanjur menyerah.