Yakin Melangkah dengan Core Values

Dr. Muqowim, M. Ag.
Rumah Kearifan (House of Wisdom)
Tujuan hidup berbasis nilai-nilai inti (core values) yang kita buat dengan detil mulai dari jangka pendek (short term) sampai jangka panjang (long term) menjadikan kita yakin dalam melangkah jika dilakukan dengan penuh kesadaran. Keyakinan ini bertolak dari peta jalan yang sesuai dengan keunikan dan kebutuhan kita sendiri, sebab tujuan hidup tersebut kita buat dengan passion, bukan atas dasar kehendak orang lain, apalagi dipaksa oleh lingkungan sekitar. Di antara contoh aktifitas berbasis nilai adalah “Saya hari ini akan menerapkan nilai kepedulian dengan membantu sepuluh orang lansia”, “Dalam seminggu ke depan saya menerapkan nilai kepedulian terhadap lingkungan dengan merawat tanaman di sekitar rumah”, “Dalam sebulan ke depan saya peduli terhadap anak-anak kurang mampu dengan membuat perpustakaan mini”, “Dalam setahun ke depan saya menghidupkan kepedulian dengan membantu sekolah pinggiran yang kekurangan guru”, “Dalam lima tahun ke depan saya akan membuat yayasan untuk menampung minimal 200 anak tidak mampu”, dan “Dalam sepuluh tahun ke depan saya akan mendirikan sekolah bagi anak-anak tidak mampu di sepuluh propinsi yang menampung 10.000 orang”. Kita dapat membuat banyak aktifitas lain terkait dengan nilai kepedulian mulai dari jangka waktu harian sampai tahunan.

Core values pada dasarnya menjadi branding kita, pembeda kita dibandingkan orang lain. Kita dapat memilih lebih dari satu nilai sesuai dengan tujuan hidup kita seperti kebahagiaan, kemandirian, percaya diri, menghargai, dan kedamaian. Kita dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut melalui aktifitas mulai dari harian, bulanan sampai tahunan, bahkan sampai akhir hayat. Apa pun pilihan profesi atau pekerjaan kita, nilai-nilai tersebut menjadi panduan utama. Karena itu, ketika merancang tujuan hidup, kita tidak berorientasi pada pencapaian materi, namun lebih menekankan pada nilai. Semua aktifitas atau langkah yang kita lakukan didasari oleh kesadaran nilai, tidak asal melangkah. Mungkin kita bertanya-tanya, apakah tidak boleh mempunyai rumah bagus? Mobil banyak? Jabatan tinggi? Pendapatan melimpah? Jawabnya, sangat boleh. Yang menjadi bahan renungan adalah semua yang kita miliki tersebut untuk menghidupkan nilai-nilai apa? Apa hubungan semua yang kita miliki itu dengan makna hidup? Apakah semua itu membuat kita menjadi diri yang lebih positif? Beberapa renungan ini untuk mengingatkan tentang perbedaan tujuan hidup yang dibuat dengan kesadaran nilai dibandingkan dengan tanpa kesadaran nilai.

Core values pada dasarnya menjadi branding kita, pembeda kita dibandingkan orang lain.

Dr. Muqowim, M. Ag.

Dalam konteks kelembagaan, tujuan hidup di atas “mirip” dengan rencana strategis (renstra) yang akan dilakukan oleh lembaga seperti sekolah, madrasah perguruan tinggi atau perusahaan. Hanya saja, sejauh ini, banyak renstra yang dibuat tidak dilandasi oleh kesadaran nilai inti (core values) dan kebutuhan dari dalam, namun karena memenuhi tuntutan formalitas administrasi seperti akreditasi, pemeriksaan atau laporan tahunan yang bersifat rutin. Akibatnya, banyak renstra yang berhenti di atas kertas saja, belum diimplementasikan sehingga tidak ada hasil yang dirasakan. Setiap renstra lembaga seharusnya dibuat berbasiskan core values agar branding lembaga lebih jelas. Ketika mau membuat benchmarking dengan lembaga lain pun lebih terarah. Dengan core values tersebut semua kebijakan, program, dan SDM yang dibuat menjadi terhubung satu sama lain, tidak “pathing blasur”, atau kemana-mana yang tidak terhubung satu sama lain terlebih dengan core values-nya.

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, secara personal maupun institusional, core values menjadi acuan sekaligus tujuan. Sebagian acuan, setiap yang kita lakukan tidak boleh melenceng dari nilai-nilai inti yang telah dipilih. Sementara itu, sebagai tujuan, semua langkah baik yang bersifat kebijakan dan program baik jangka pendek maupun jangka menengah dan panjang, didesain untuk mewujudkan core values tersebut. Secara personal, orang yang mempunyai tujuan jelas melangkah dengan pasti, penuh keyakinan dan percaya diri. Begitu juga dengan lembaga, semua orang yang terlibat di dalam tersebut mempunyai arah dan panduan yang jelas. Meskipun setiap orang menempati posisi dan peran berbeda namun semua berjalan secara sinergis. Core values mampu mengorkestrasi semua komponen stakeholder lembaga menuju branding yang disepakati dan diyakini bersama.

Tujuan hidup yang dibuat secara jelas menjadikan kita yakin dalam melangkah. Lihat saja bedanya antara peserta didik yang ke sekolah atau kuliah karena niat dari dalam dibandingkan dengan peserta didik yang berangkat dari keterpaksaan. Hal ini antara lain tampak dari cara mempersiapkan diri sebelum berangkat ke sekolah atau kuliah seperti bahan yang harus dibawa, mandi dan makan penuh semangat sebelum berangkat, dan melangkah dengan penuh percaya diri ke sekolah atau kampus. Ketika sampai di sekolah atau kampus pun jelas apa yang harus dilakukan misalnya masuk ke kelas lebih awal, memilih tempat duduk paling depan agar dapat menangkap dan memahami dengan jelas apa yang disampaikan guru atau dosen, aktif bertanya, mencatat setiap yang didengar, mengkonfirmasi materi yang belum jelas, dan menindaklanjuti tugas yang diberikan. Semua dilakukan dengan penuh keyakinan, secara lahir dan batin terlibat (self-engaged). Bandingkan dengan pesrta didik yang ke sekolah atau kampus karena tidak ada niat atau karena terpaksa!

Peserta didik yang tidak berniat sekolah atau kuliah ketika mengikuti semua aktifitas pembelajaran tidak ada ruhnya, hanya fisiknya saja yang terlibat, berjalan secara mekanik laksana robot atau mesin. Dia cenderung malas melangkah, aras-arasen, dan tidak ada semangat, sebab tidak yakin dengan dilakukan. Boleh jadi secara fisik hadir di kelas tapi sebenarnya pikiran, hati dan jiwanya tidak ada di kelas, ada di tempat lain. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan tempat duduk yang asal-asalan, tidak konsentrasi, dan melakukan aktifitas yang tidak ada hubungannya dengan perkuliahan seperti lihat update status orang lain atau ngobrol sendiri dengan teman sebelah. Jika kita tipikal peserta didik seperti ini dapat dipastikan kita tidak menikmati aktifitas perkuliahan alias tidak bahagia. Jika hal ini tidak segera kita ubah, maka kita sebenarnya bisa menebak masa depan yang penuh dengan keterpaksaan dan tidak bahagia. Karena itu, saatnya menjemput masa dengan yang lebih cerah dengan membuat tujuan hidup berbasis nilai-nilai inti agar kita melangkah penuh dengan keyakinan, percaya diri dan penuh integritas. Orang yang yakin dalam melangkah, kata Napoleon Hill dalam Think and Grow Rich, akan mendapatkan banyak keajaiban dalam kehidupan. Semoga kita termasuk dalam kategori orang yang penuh dengan keajaiban.

About Muqowim

Pembina Rumah Kearifan (House of Wisdom). Accredited Trainer LVE. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

View all posts by Muqowim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *